Senin, 10 Februari 2014

Pontianak Shooting And Hunting Club

Oleh: Bungben

Belum ada klub menembak dan hunting yang eksis di Kota Pontianak. Namun saya pribadi pernah mendengar beberapa kawan mendirikan klub itu, seperti west borneo shooting and hunting club (wbshc) dan club menembak yang beraktivitas di belakang Ramayana yang saya tak tahu namanya. Untuk menambah kemeriahan suasana, rencananya bersama Bang Ripin dan Tok Qois kami akan merintis sebuah klub menembak dengan nama Pontianak Shooting and Hunting Club. Disingkat PSHC.
Rencananya PSHC akan melakukan rekrutment anggota dengan beberapa persyaratan, seperti telah berumur minimal 17 tahun, memiliki senapan pompa dan atau gas, secara sehat secara kejiwaan.
Mereka yang menjadi anggota klub mendapatkan beberapa fasilitas seperti:
1. Latihan menembak di lapangan tembak IBM sekali dalam seminggu.
2. Mengikuti kompetisi tembak target/metal shiluet antar anggota yang akan digelar sekali dalam sebulan.
3. Mendapatkan kartu anggota, bed bordiran, sticker dan kaos ekslusif PSHC.
4. Mendapatkan informasi kegiatan turnamen dan berburu dari anggota klub.
5. Dikirim untuk mengikuti berbagai kompetisi menembak mewakili klub.
6. Diacount special perlengkapan senapan di beberapa toko yang bekerjasama dengan klub.
7. Pengurusan ijin kepemilikan senapan pompa dan atau gas.
Rencana,  logonya kayak gini
Untuk mendapatkan fasilitas tersebut anggota club diwajibkan membayar uang pendaftaran sebesar Rp 150.000 dan uang iuran sebesar Rp 20.000 per bulan yang wajib dibayar minimal untuk 3 bulan. Pada saat pendaftaran atau pada saat penyerahan kartu anggota pada bulan kedua. Pengurusan ijin akan dilakukan secara kolektif per tiga bulan atau menunggu hingga pengajuan ijin kepemilikan senapan telah mencapai sepuluh ajuan.
Persyaratan administratif  pendaftran anggota club terdiri dari fotocopy KTP. Pas foto 3x4 satu lembar, mengisi formulir pendaftaran anggota, mengisi data jenis senapan.
Secara umum Anggota klub terdiri dari anggota biasa dan anggota kehormatan. Secara keaktifan anggota terdiri dari anggota aktif, anggota pasif dan anggota partisipatif.
Pendaftaran rencana akan dibuka pada tanggal 17 maret 2014. Formulir pendaftaran dapat diambil di toko reddot, swadesiprinting, atau dapat didownload di blog PSHC dengan alamat www.pshc.blogspot.com.
Jika anggota telah mencapai 40 orang, maka para pendiri akan mengadakan musyawarah anggota untuk membentuk pengurus harian PSHC yang bertugas 1 tahun untuk menjalankan program rutin klub seperti rekrutment anggota, kompetisi internal, pengurusan ijin, dsb.


Minggu, 09 Februari 2014

Serial Berburu Tupai

Oleh: Bungben

Sudah banyak juga ternyata artikel tentang berburu Tupai. Untuk memudahkan pembaca, ada baiknya saya packaging serial tulisan itu dalam satu postingan biar mudah dibaca. Bagi pembaca yang mengaskes blog ini via handphone, seteleh selesai membaca, back aja lagi, trus pilih artikelnya, lalu di baca. Dan setelah selesai membaca, back lagi. Begitu seterusnya.


Selamat Membaca...
Iklan Pribadi, hehee. Kalau mau cetak apa aja silahkan kunjungi:

Tembak di Tempat



Tadi pagi saya mencoba menerapkan prinsip baru dalam berburu hama tupai. Prinsipnya, lebih baik kehilangan satu peluru daripada kehilangan jejak target yang diburu. 
Bagi saya yang masih baru menggilai hobby air rifle hunting, prinsip tembak di tempat sangat penting untuk mengurangi perasaan ragu yang mengganggu stabilitas senapan.

Perasaan ragu itu muncul karena prinsip berburu yang salah, bahwa killing tupai itu berada di area kepala dan jangan tekan triget sebelum yakin kita telah dapat membidik target pada killing point tersebut.
Nah,  ketika killing point yang diharapkan tertutup daun atau ranting, kitapun menjadi ragu untuk menekan triger. tekan tidak, tekan, tidak, begitu seteruanya. 

Masalahnya hama tupai terkenal sebagai juara sprinter kelas dunia yang jarang berlama-lama di satu tempat. Nah, akibat terlalu lama menunggu nongolnya killing point yang diharapkan, targetpun sudah keburu lari. Kalau sudah lari, jangan harap kita yang sudah tua ini mampu mengejarnya. Kalaupun mampu kita kejar, nafaspun sudah keburu ngos-ngosan sehingga kalaupun target dapat ditemukan, namun kita yang sedang ngos-ngisan pun akan sulit membidik dengan stabil. Walhasil tembakan hasil kejar-kejaran itu seringkali meleset.

Hal itu sering saya alami. oleh karena itu tadi pagi saya menerapkan teknik tembak ditempat sebagai implementasi dari prinsip itu. Wuih kayak perang aja ngebahasnya, hehee.
Teknik tembaj ditempat asalah dengan cara mempercepat shoot saat tubuh target sudah dalam area crosshair. Begitu terlihat, bidik dengan teleskop kita dan saat tubuh sudah berada dalam areal crosshair, segera tekan triger kita. pesss!
Nah dengan cara demikian, kitavakan lebih cepat dibandingkan buruan. Masalahnya, jika peluru jatuh di areal perut lalu tembus, biasanya hama tupai masih bisa berlari. Akan tetapi juga peluru jatuh di areal kaki depan, kepala atau tulang punggung, dijamin hama tupai akan tumbang. Seeettt, bub! Lalu jatuh di tanah.
Meskipun ada kelemahan dengan teknik tembak ditempat itu, namun itu akan lebih baik dibanding kehilangan hewan buruan.

Prinsip dan teknik itu saya terapkan tadi pagi. Hasilnya jauh lebih baik. Dengan angin yang kurang bersahabat, paling banter biasanya saya hanya mampu shoot 2 ekor hama tupai. Namun tadi pagi saya berhasil shoot 6 ekor. 4 berhasil dibawa pulang, 1 ekor jatuh tapi hilang di semak, sedangkan satu ekor lagi kena, tak tau apanya, lalu lompat, jatuh ke tanah dan pergi entah kemana. 
Sedangkan, Pak Nasir kolega berburu saya yang biasa bisa shoot sama dengan saya, antara 1-2 ekor, pagi tadi malah tak mendapatkan satu ekorpun. Memang angin bertiup sangat kencang tadi pagi. Dan menurut Pak Nasir senapannya juga ada masalah dalam settingan teleskop. Terlepas dari persoalan angin yang kencang dan akurasi senapan, rekan saya yang telah menginjak usia 50-an ini memang memiliki style menembak yang sangat cermat. Ia tak mau menekan triger sembarangan. Ia selalu menyasar kepala target buruan. Ia rela menunggu, jika ia tak yakin telah membidik dengan baik kepala target buruan. Masalahnya, saat kita baru memilih titik killing, hama tupai sudah keburu lari. Bagi tipe sniper seperti Pak Nasir, jumlah mungkin tak terlalu penting. Yang terpenting adalah ketepatan. Walaupun selalu saja ketika kami selesai berburu, yang ditanya oleh rekan berburu kita adalah "dapat berapa", bukan "kena apanya".  So, silahkan pilih, mau jadi sniper atau hunter. Kedua-duanya sama-sama mengasyikan dan sama-sama bermanfaat bagi para petani.