Sabtu, 26 September 2015

Borneo E60 Mbah Bedjo

Sejak tibanya Borneo E60 dipangkuan ibu pertiwi sekitar bulan Juli lalu, senapan berlaras 41 cm ini sudah 4 kali saya bawa turun ke lapangan. Berburu hama tupai di pelosok kebun kelapa dan tepian hutan perdu.
Turun pertama tqk membawa hasil. Target tak banyak kelihatan, shoot 3 kali tapi mimis melenceng entah kemana. Teleskop 3x28, saya vonis bersalah. Lalu ganti teleskop yang lebih besar ukuran 3-12 x 40. Turun lagi. Hasilnya juga nihil, walaupun hewan buruan sepi saya masih shoot 2-3 kali dan mimis tak nyerempet sasaran sedikitpun.
Lalu saya minta tolong Mbah ipin setting senapan besutan Mbah Bedjo itu. Setelah dibongkar sana sini oleh mbah Ipin dan dipasangi teleskop vortex 3-12 x 40 yang jernih punya saya merasa mantap. Borneo Cebol saya bawa turun lagi. Hewan buruan lebih banyak, shot 6-7 kali, hanya satu yang tewas. Teleskop oke  hanya masih ada masalah. Posisi tele terlalu ke belakang sehingga mengakibatkan sulit membidik target dengan cepat. Peluru juga masih kocar kacir saat membidik daun pisang. Tapi lumayan ada progress. Walaupun kurang memuaskan.
Setelah itu Borneo dengan tabung 300cc ini saya isi lagi dengan tekanan 2100. Namun karena kabut asap, si Borneo hanya tersimpan rapi.
Sehari setelah hujan turun dan kabut asap mulai menipis, saya angkat lagi Borneo dengan popot thumbhole ini. Sayangnya tekanan berkurang di posisi 200 psi. Saya memvonis tabung bocor.
Malam hari saya bawa borneo ke markas Reddot di Suwignyo, mbah Ipin telah menunggu untuk mengoprek senapan. Karena telah malam, dokter ipin memutuskan si Borneo harus rawat inap. Mbah Ipin juga memutuskan untuk meningkatkan stabilitas tekanan.
Dua hari berlalu Borneo sudah sehat kembali. Sebelum di bawa turun saya memperbaiki posisi teleskop agar pas dimata dan mantab dihati. Karena bergeser, malam itu pula borneo harus menjalani setting tele. Setelah habis satu magazine yang berisi 16 peluru, senapanpun saya isi gas dengan tekanan 2300. Lalu paginya saya bawa jalan-jalan ke kebun kelapa terdekat.
Kabut asap lumayan pekat. Tapi rasa penasaran, pekatnya asap tak membunuh tekad. 05.30 saya meluncur ke lokasi. Baru masuk nampak hama tupai berkeliaran. Beberapa burung punai juga melintas di atas kepala. Pagi yang indah.
Di pagi yang riuh itu, akhirnya Borneo menunjukan kesaktiannya. Saya shoot 10 kali. 7 kena, 3 meleset. Hasilnya lumayan. Pada sela-sela ranting yang rapat saya berhasil shoot 5 ekor hama tupai dan 2 punai. Sayangnya karena lantai kebun penuh ranting dan daun kering 2 ekor hama tupai dan 1 ekor punai tak ditemukan.
Nah begitu. Kesimpulannya sekarang saya puas menyandang Borneo E60 besutan Mbah Bedjo. Untuk mencapai hasil yang diinginkan kita memang harus bersabar. Sehebat apapun sebuah senapan, kita perlu melakukan oprak-oprek si senapan agar lebih mantap saat digunakan. Kita juga perlu penyesuaian dengan aneka faktor seperti tele, triger, kenyamanan senapan saat membidik, agar semakin pede dalam berburu.
Masih mending Borneo E 60, senapan saya yang chonta jenis air arm memerlukan waktu lebih dari 6 bulan untuk setting dan kenyamanan. Yah begitulah seninya punya senapan baru. Senapan angin tidak seperti motor baru, begitu beli langsung bisa ditunggangi tanpa perlu setting sana-sini.
Terakhir, saya bisa simpulkan senapan besutan Mbah Bedjo yang dioprek Mbah Ipin ini sangat bisa diandalkan. Bravo Mbah Bedjo dan Mbah Ipin.

 ********
 senapan ini mau saya lepas, bagi yang minat silahkankontak whatsapp 085245186277
********