Sabtu, 24 Mei 2014

Akurasi senapan pcp

Ada berapa pengertian seputar akurasi senapan pcp lokal. Hal ini perlu kita bahas karena ada beberapa pengunjung blog yang bertanya tentang persoalan tersebut kepada saya via sms.

Daya jangkau VS akurasi

Daya jangkau senapan pcp tidak identik dengan akurasi. Sebuah senapan pcp yang disetting dengan setelan per hammer yang keras akan membuat daya jangkau peluru semakin jauh. Akan tetapi daya jangkau tersebut tidak identik dengan keakuratan jatuhnya peluru pada titik sasaran yang dikehendaki. Lalu berapa daya jangkau senapan pcp lokal? Menurut prediksi saya dengan setelan keluaran hingga 50psi sekali tembakan, mimis dapat menjangkau hingga jarak 80 meter. Berarti dengan keluaran sekitar 70-100 psi sekali tembakan, tidak mustahil mimis dapat sampai hingga jarak 100-150 meter.
Tapi apakah pada jarak yang demikian jauh itu mimis peluru dapat konsisten pada titik yang sama? Sepertinya mustahil. Kalau pertanyaannya apakah pada jarak 100-150 meter senapab masih mematikan, atau masih bisa menembus target buruan, jawabannya bisa iya bisa juga tidak. Karena memang belum pernah dicoba.

Yang pernah diujicoba oleh rekan rekan reddot bikers hunter adalah pada jarak 40 meter. Pada jarak segitu sebuat papan mal setebal 3 cm masih mampu ditembus oleh peluru baracuda hunter.

Sayannya saya tidak terlalu yakin senapan pcp lokal dapat menjatuhkan mimis secara konsisten pada satu tutik, karena target sebesar uang coin 500 rupiah sudah hampir tak terlihat walau dengan teleskop 40mm dan pembesaran 4x. Namun pada jarak 40 meter, sebuah target sebesar gelas air mineral dapat ditembak secara tepat dan konsisten oleh senapan pcp lokal.

Jadi saya akan merasa sangat aneh jika ada sebuah senapan pcp apalagi senapan lokal yang mengklaim mampu nitik secara konsisten pada jarak 40 meter. 

Hal itu menandakan bahwa senapan pcp lokal masih sangat efektif untuk dibawa hunting pada jarak 40-50 meter dengan tekanan per medium dan untuk sasaran minimal sebesar gelas air mineral.

Dan senapan pcp lokal kemungkinan besar masih busa mematikan pula pada jarak 100meter dengan settingan per yang lebih keras atau keluaran tekanan gas yang lebih besar. Tentang apakah pada jarak tersebut jatuhnya peluru masih akurat pada satu titik masih perlu diteliti lebih lanjut.

Senapan PCP Lokal pas buat small Hunting

Jarak target untuk hunting hewan-hewan kecil seperti hama tupai, punai, musang atau belibis, biasanya paling jauh 50 meter. Sehingga senapan pcp lokal masih sangat bisa diandalkan. Jadi untuk keperluan small hunting saran saya tak perlulah kita membeli senapan impor yang harganya selangit.  Beli saja senapan pcp lokal buatan pengrajin yang kredible. Karena telah terbukti kehandalannya.

Kalaupun untuk hunting dengan jarak target seratusan meter, rasanya hewan-hewan kecil itu tak mampu kita amati pergerakannya. Mau nembak apa, lha wong pergerakannya saja tak kelihatan?
Jadi menurut saya tak ada gunanya mencari senapan pcp lokal yang bisa akurat dan mematikan pada jarak diatas 100 meter. Hal ini perlu saya tekankan karena banyak hunter yang membanggain senapan impor nya yang mampu menembak target dengan tepat pada jarak 100 meter, sembari mengejek kehandalan senapan pcp lokal.

Kalaupun ada hewan buruan yang teramati pada jarak 100 meter, tentu hewan tersebut bukan hewan-hewan kecil seukuran air mineral gelas, tapi hewan berukuran besar seperti babi hutan. Kalau hewan buruan yang besar tentu yang lebih tepat itu berburu menggunakan senjata api bukan senapan angin.

Hidup senapan PCP Lokal! Maju terus pengrajin senapan tanah air!

Rabu, 21 Mei 2014

Berburu Tupai: Jurus Gerilya

Dua kali turun berburu ini saya sedang mempraktekan jurus baru dalam berburu hama tupai. Sebuah jurus yang saya duga menjadi kunci keberhasilan para pemburu tupai hebat yang pernah saya kenal di Pontianak, seperti pak lung, bang amat, dll.
Saya belum pernah ikut mereka dalam berburu tupai. Saya hanya menduga-duga saja bahwa kunci kehebatan mereka dalam berburu tupai adalah jurus gerilya yang mereka terapkan.
Jurus ini memang agak ekstrem yaitu dengan memasuki spot yang dipenuhi semak dan pepohonan lebat. Spot seperti ini memang bukan spot yang menarik bagi pemburu seperti saya.
Spot yang dipenuhi semak dan pohon rindang sangat menakutkan dan penuh resiko. Bertemu dengan hewan reptelia berbisa, terperosok dilubang atau parit, terinjak ranting runcing atau tergores daun daun berdahan tajam, hingga bertemu dengan sarang lebah yang agresif dan tak kenal kompromi. Sehingga tak heran jika kharakter spot seperti itu enggan dimasuki oleh hunter pendatang baru.
Kita biasanya lebih memilih berjalan di jalan setapak yang bersih sambil jeling kiri dan kanan, kalau target terlihat barulah mengambil posisi tembak. Mau memasuki spot yang seram seperti itu mikir 3 kali.
Dengan gaya penembak yang 'bersih' itu tak heran hasilnyapun bersih juga alias kurang memuaskan. Jangankan dispot yang sedikit tupai, di spot yang banyak tupai saja penembak 'bersuh' kadang hanya mampu shoot 2-3 ekor.
Nah, saya mencoba jurus gerilya untuk mendapatkan kesempatan yang lebih banyak bertemu target buruan. Yaitu dengan masuk ke dalam spot yang rindang dan dipenuhi oleh semak belukar, lalu berjalan diantara semak belukar tersebut sambil mengamati keberadaan target.
Hasilnya lumayan, dua kali mencoba jurus tersebut,  saya berhasil shoot antara 6-8 ekor.
Namun resiko menembak dengan jurus gerilya seperti itu tentu banyak juga. Resiko yang sering terjadi adalah kehilangan target yang telah tertembak. Saat target jatuh kita bingung jatuh dari ranting pohon yang mana akibat rindangnya pepohonan. Kalaupun kita yakin jatuh disebuah pohon tertentu, seringkali target gagal kita temukan karena rimbunnya semak belukar dan tebalnya tumpukan daun atau ranting kering. 2 kali menerapkan jurus gerilya tersebut hasil yang bisa saya temukan hanya setengah, bahkan sepertiganya saja. Yang lain hilang tak ditemukan bangkainya. Tapi frekuensi berjumpa hewan buruan dan kesempatan shoot jauh lebih banyak dibanding spot yang bersih. Hukumnya memang gitu, high risk high return kata orang bursa saham.
Selain resiko kehilangan hewan buruan, resiko tersesat juga cukup tinggi. Seringkali kita bingung dengan alur menuju pulang. Saking asiknya berputar blusukan memasuki area yang tak tampak langit dan tanah kitapun bingung dengan alur jalan masuk. Walaupun tak mungkin tersesat, namun seringkali kita putus asa karena tak menemukan jalan lapang menuju pulang sehingga harus berputar-putar mencari jalan yang tak ada rintangan. Pengalaman pahit tersebut saya alami selama 2 kali mencoba jurus itu. Yang terakhir lebih parah lagi, air habis, obat nyamuk bakar juga habis. Waduh betul-betul penuh dengan tekanan dan perjuangan. Lelah, haus, putus asa tak berjumpa alur jalan pulang, dan jadi bulan2an puluhan nyamuk hutan selama 2 jam lebih. Therlalu!
Tapi itulah hidup...penuh tekanan, penuh cobaan, penuh dengan tantangan dan resiko.
Mau coba jurus ini? Sile! Sangat menantang.