Minggu yang lalu turun berburu hama tupai di daerah Sungai Kupah, Kabupaten Kubu Raya. Hasilnya? Pak nasir yang turun bareng dengan saya berhasil shoot 2 ekor dengan sharp tiger standard nya. Sedangkan saya tak berhasil melumpuhkan satupun. Padahal hama tupai lumayan banyak namun lebih liar dari biasanya. Mungkin karena sering didatangi pemburu. Bayangin masih jarak 80 meter target sudah lari kocar kacir.
Sehingga tak ada yang bisa saya lakukan dengan teleskop leapers 1-4 x 28 yang terpasang di senapan PCP saya. Makhluk dengan ukuran riil sekitar 15cm x 5 cm meter itu terlihat begitu kecil dan sulit dibidik pada jarak 50-70 meter. Dan karena saya selalu berusaha mendekat hingga jarak jangkauan teleskop (20-30m) agar dapat lebih jelas terlihat, lalu target yang lebih sensitif dari biasanya itupun langsung sadar dengan kehadiran saya lalu lari terbirit-birit melesat seperti halilintar. Targetpun hilang entah kemana.
Kacaunya lagi senapan saya sedang dalam situasi yang tak konsisten. Pada jarak 15 meter, grouping peluru silang seliwer pada jarak 2-3 cm. Kalau target bidikan besar, mungkin itu tak jadi masalah. Namun untuk target bidikan sebesar hanya 1 cm-an di teleskop pada jarak 40 meteran, hal itu tentu jadi masalah besar. Dan sebagai seorang pemburu amartir, sayapun menggerutu sepanjang hari karena tak mampu melumpuhkan satu ekorpun target.
Sepanjang jalan menuju pulang saya menghimpun dendam. Dan demi menjamin suksesnya penyaluran dendam itu sayapun membuat 2 rencana. Pertama adalah mengganti teleskop yang lebih besar dengan kualitas medium. Dan kedua meminta bantuan Tok Qois memperbaiki groping peluru yang ngawuran.
Singkat cerita sayapun mendapatkan uang pinjaman untuk membeli teleskop dari seorang staf dikantor saya. Tak usah heran jika di jaman edan ini, pemilik bisnis bisa lebih miskin dibanding stafnya.hihiii.
Setelah dapat duit, sayapun langsung bolak balik ke toko senapan. Pusing juga mencari teleskop yang pas dengan syarat yang telah saya gariskan, yaitu harganya antara 700-800rb. Zoomnya harus bisa hingga 9x, dengan lensa 40 mm, tanpa paralax. Karena paralax bisa mengganggu proses bidik cepat, dan relatif lebih berat. Selain itu ia harus anti getar, anti air, memiliki pandangan jernih saat cahaya kurang karena hama tupai lebih banyak terlihat ketika matahari belum terlalu terang. Croshair pada teleskop harus fokus, teleskop multidot seperti yang saya miliki rasanya sering mengganggu konsentrasi saat proses bidik hewan-hewan kecil.
Setelah 3 kali bolak balik di toko senapan, sayapun memutuskan untuk membeli teleskop merk marcool 1-12x40mm. Harganya Rp 800rb. Monting standardnya tak mau saya ambil. Sebagai gantinya saya membeli mounting pendek 25mm double baut dengan merk yang sama seharga 90rb. Mounting merk marcool ini sangat populer dikalangan penembak di Pontianak karena daya cengkramannya yang optimal.
Oya, pertimbangan lain memilih teleskop marcool adalah teringat dengan Bang Yus yang selalu mampu melumpuhkan begitu banyak kawanan tupai dengan sharp tigernya. Ia menggunakan teleskop marcool juga tapi dengan tipe agak beda. Kalau ga salah lensanya 44 mm AOE/ paralax. Senapan Tok Qois yang tipe bullpup juga menggunakan teleskop jenis ini, dan khabarnya burung peregam tak pernah panjang umur diujung senapannya.
Teleskop sudah ditangan. Rencana kedua dijalankan: mengunjungi rumah tok Qois di Gang pemangkat I. Apalagi kalau bukan minta bantuan setting power, teleskop dan akurasi.
Jam 1 TokQois sudah dirumah. Sayapun meluncur. Senapan langsung saya serahkan.
Tak lebih dari 20 menit teleskop sudah terpasang kokoh. Laras dibersihkan. Saatnya zeroing teleskop. Karena batrai borelaser habis, zeroing dilakukan secara manual. 15 butir peluru habis untuk proses zeroing itu pada jarak 15 meter. Proses selanjutnya adalah uji akurasi. Hasilnya acak kadut. Tok Qois mengotak atik per hammer. Setelah itu groping makin rapat. Hal ini menandakan power, peluru dan karakter laras mulai sinkron.
Dan terakhir uji konsistensi. Tok Qois mengganti kertas target. Kali ini saya yang melakukan tes.
Hasilnya, sungguh tidak mengecewakan 20 kali tembakan dengan tekanan antara 2300-1300, groupingnya rata-rata dibawah 1 cm pada jarak 10 meter.Sebagian besar malah nitik tik. Padahal sebelumnya groping senapan saya payah. Peluru ngacak ke atas, bawah, kanan dan kiri dengan jarak 2-3 cm. Saya berprasangka, jangan-jangan laras saya bermasalah. Setelah melakukan serangkaian tes, ternyata laras masih fine-fine aja.Alhamdulillah.
Akurasi sudah oke, teleskop sudah diganti dengan daya jangkau penglihatan yang lebuh jauh, sekarang tinggal menunggu hasil uji di lapangan berburu. Jika masih tak memuaskan juga hasil buruannya, rencananya senapan mau saya hibbahkan, lalu berburu pakai ketapel saja....
Senapan Baru Siap Hunting, hanya satu pucuk, Buruan!
Senapan Baru Siap Hunting, hanya satu pucuk, Buruan!
Kereen bang
BalasHapusArtikel yang menarik
BalasHapusJangan lupa kunjungi BANGRINGO.COM