Rabu, 21 Mei 2014

Berburu Tupai: Jurus Gerilya

Dua kali turun berburu ini saya sedang mempraktekan jurus baru dalam berburu hama tupai. Sebuah jurus yang saya duga menjadi kunci keberhasilan para pemburu tupai hebat yang pernah saya kenal di Pontianak, seperti pak lung, bang amat, dll.
Saya belum pernah ikut mereka dalam berburu tupai. Saya hanya menduga-duga saja bahwa kunci kehebatan mereka dalam berburu tupai adalah jurus gerilya yang mereka terapkan.
Jurus ini memang agak ekstrem yaitu dengan memasuki spot yang dipenuhi semak dan pepohonan lebat. Spot seperti ini memang bukan spot yang menarik bagi pemburu seperti saya.
Spot yang dipenuhi semak dan pohon rindang sangat menakutkan dan penuh resiko. Bertemu dengan hewan reptelia berbisa, terperosok dilubang atau parit, terinjak ranting runcing atau tergores daun daun berdahan tajam, hingga bertemu dengan sarang lebah yang agresif dan tak kenal kompromi. Sehingga tak heran jika kharakter spot seperti itu enggan dimasuki oleh hunter pendatang baru.
Kita biasanya lebih memilih berjalan di jalan setapak yang bersih sambil jeling kiri dan kanan, kalau target terlihat barulah mengambil posisi tembak. Mau memasuki spot yang seram seperti itu mikir 3 kali.
Dengan gaya penembak yang 'bersih' itu tak heran hasilnyapun bersih juga alias kurang memuaskan. Jangankan dispot yang sedikit tupai, di spot yang banyak tupai saja penembak 'bersuh' kadang hanya mampu shoot 2-3 ekor.
Nah, saya mencoba jurus gerilya untuk mendapatkan kesempatan yang lebih banyak bertemu target buruan. Yaitu dengan masuk ke dalam spot yang rindang dan dipenuhi oleh semak belukar, lalu berjalan diantara semak belukar tersebut sambil mengamati keberadaan target.
Hasilnya lumayan, dua kali mencoba jurus tersebut,  saya berhasil shoot antara 6-8 ekor.
Namun resiko menembak dengan jurus gerilya seperti itu tentu banyak juga. Resiko yang sering terjadi adalah kehilangan target yang telah tertembak. Saat target jatuh kita bingung jatuh dari ranting pohon yang mana akibat rindangnya pepohonan. Kalaupun kita yakin jatuh disebuah pohon tertentu, seringkali target gagal kita temukan karena rimbunnya semak belukar dan tebalnya tumpukan daun atau ranting kering. 2 kali menerapkan jurus gerilya tersebut hasil yang bisa saya temukan hanya setengah, bahkan sepertiganya saja. Yang lain hilang tak ditemukan bangkainya. Tapi frekuensi berjumpa hewan buruan dan kesempatan shoot jauh lebih banyak dibanding spot yang bersih. Hukumnya memang gitu, high risk high return kata orang bursa saham.
Selain resiko kehilangan hewan buruan, resiko tersesat juga cukup tinggi. Seringkali kita bingung dengan alur menuju pulang. Saking asiknya berputar blusukan memasuki area yang tak tampak langit dan tanah kitapun bingung dengan alur jalan masuk. Walaupun tak mungkin tersesat, namun seringkali kita putus asa karena tak menemukan jalan lapang menuju pulang sehingga harus berputar-putar mencari jalan yang tak ada rintangan. Pengalaman pahit tersebut saya alami selama 2 kali mencoba jurus itu. Yang terakhir lebih parah lagi, air habis, obat nyamuk bakar juga habis. Waduh betul-betul penuh dengan tekanan dan perjuangan. Lelah, haus, putus asa tak berjumpa alur jalan pulang, dan jadi bulan2an puluhan nyamuk hutan selama 2 jam lebih. Therlalu!
Tapi itulah hidup...penuh tekanan, penuh cobaan, penuh dengan tantangan dan resiko.
Mau coba jurus ini? Sile! Sangat menantang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar