Minggu, 28 Februari 2016

Laras LW VS Hama Tupai

Beberapa bulan belakangan berburu hama tupai tak pernah mencapai kepuasan maksimal. Penyebabnya ya macam-macam. Kadang masalah hewan buruan ga nongol sama sekali. Kadang nongol, tapi liar sekali. Baru liat tas senapan aja tupai ngacir entah kemana.
Beberapa kali dilangit yang cerah dan dihari cukup banyak tupai bercanda, eh senapannya pula yang masalah. Tembak kepala kena kelapa. Tembak dada yang gugur bunga. Ga klop terus. Meskipun gitu, berburu itu tetap saja asik.
Sekarang senapan borneo saya dalam kondisi fit terus. Setelah laras diganti dengan laras orang jerman, mimis berlari begitu taat dengan tuannya. Jarang meleset, yang sering iti ga kena. Hihiii.
Sayangnya seringkali cuaca minggubpagi kurang bersahabat. Dua minggu yang lalu saking semangatnya, saya turun berburu jam 4.45. Motor dipacu cepat agar sampai di spot berburu kebun kelapa masih gelap. Dasar sudah beruntung, sayapun sampai di tujuan sesuai harapan. Pasang obat nyamuk, senapan dikeluarkan dari bagnya, peredam dipasang, isi peluru pasang magazin, tes tembak 2 kali. Saat baru mau masuk kebun... eh hujan turin dengan derasnya Huadowww!
Tunggu punya tunggu, sampailah jam 9 hujan hujan berhenti. Jam 9 nembak tupai...mereka sudah pada main clash of clan di tempat tidur!
Pada saat menyandang laras lw di borneo, hasil hewan buruan juga belum memuaskan. Beberapa kali saya hanya dapat shoot 1-2 ekor saja. Ah malui-maluin kalau segitu sih.
Masalah utamanya sih memang spotnya kurang bagus. Kalau shoot memang lebih akurat dibanding sebelum laras diganti. Ga takut meleset nembak hewan tupai yang hanya sebesar lalat  diteleskop saat berada pada jarak diatas 20 meteran. Whuihhh nggaya!
Pingin juga shoot lebih dari 2 ekor. 5 kah, 10 kah. Sekali-sekalilah. Kalau sering-sering juga ga baik. Kasihan. Ntar tupainya habis. Kalau habis ntar makin jauh aja kita nembaknya!
Tapi tadi pagi ibadah berburunya cukup memuaskan. Malam hari sebelum pagi, langit cerah. Besok pagi pastilah hari tak hujan. senapanpun dalam kondisi prima. Besok subuh tentulah moment berburu yang indah. Bobok dulu senyenyak-nyenyaknya biar besok badan fit, mata tajam jadi bisa maksimal berburunya.
Dan syukur alhamdulillah tidur malam saya sangat nyenyak. Saking nyenyaknya bangunpun kesiangan. Ancore!
Jam 6 baru bangun. Hati jadi galau. Ini mau shalat shubuh dulu atau langsung berburu yahh. Haduh shalat subuh dululah.shalatkan wajib. Oke! Sayapun bergegas ke kamar mau ambil sarung. Pas sampai di kamar yang diambil malah jaket untuk berburu! Dasar otak berburu! Jaketpun saya lepas ganti kain sarung lalu wudlu terus shalat. Habis salam, langsung ambil jaket. Dzikir dan doanya dijalan aja. Kwkwkwk. Berangkaaaaaat!
Nah saat sudah di jalan, mau nembak kemana malah bingung. Ginilah jadinya gara-gara bangun kesiangan. Suasana hati jadi ga jelas gitu. Akhirnya serba ragu. Mau ke lokasi yang dekat, di Paret Hanura, kawanan tupai pasti sudah dihabisi kang eky chonta. Maklum orang ini maniak berburu. Sehari bisa dua kali turun dilokasi yang sama. Seminggu berarti 14 kali berburu. Gimana ga habis tupainya.
Trus mau yang jauh, di Sungai Rengas atau Jeruju, kayaknya kejauhan. Sampai di sana pastilah kesiangan. Paking ngga jam 7 baru sampai di titik berburu. Ah bingung.
Namun, akhirnya saya putuskan ambil yang jauh aja. Lebih baik jauh tapi ada isinya, daripada dekat tapi isinya batang kelapa semua! Hihii.
Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar